Puasa Dzulhijjah Dan Keutamaanya
Bulan Dzulhijjah,
adalah bulan kedua belas dan terakhir dalam penanggalan hijriyah. Umat islam
berbeda pendapat dalam menentukan awal Dzulhijjah. Ada yang menggunakan hizab,
rukyah, maupun mengikuti penetapan awal Dzulhijjah di Indonesia dengan sidang
isbat oleh Kementrian Agama ( Kemenag ). Pemerintahan Indonesia melalui Kementrian
Agama menggelar Sidang Isbat untuk menentukan 1 Dzulhijjah 1446 Hijriah/2025
Masehi. Hal ini akan turut menentekan kapan Hari Raya Idul Adha 1446 H, beserta hari penting lainya
seperti puasa Arafah.
Sidang Isbat yang
digelar pada hari Selasa ( 27/5/2025 )
resmi menetapkan bahwa 1 Dzulhijjah 1446 H Jatuh pada Rabu 28 Mei 2025. Sehingga
Hari Raya Idul Adha atau 10 Dzulhijjah 1446 H jatuh pada 6 Juni 2025.
Oleh sebab itu
banyak amalan yang dapat dilakukan pada bulan Dzulhijjah. Salah satu yang dapat
dilakukan adalah berpuasa pada sembilan hari pertamanya.
Karena itu, kesempatan
beribadah tidak hanya diberikan kepada umat Muslim yang tengah melaksanakan
ibadah haji di Tanah Suci saat ini. Siapapun mendapat kesempatan beramal
meskipun dalam bentuk yang berbeda.
Anjuran
memperbanyak amal saleh itu termaktub dalam beberapa hadits. Misalnya dari Ibnu
‘Abbas yang ada di dalam hadits riwayat At-Tirmidzi:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ما من أيام العمل الصالح فيهن أحب إلى الله من هذه الأيام العشر
Keutamaan Puasa
Dzulhijjah, Tata Cara, Lafal Niat dan Waktu Pelaksanaannya
Artinya:
Rasulullah saw berkata,” Tiada ada hari lain yang disukai Allah swt untuk
beribadah seperti sepuluh hari ini” (HR At-Tirmidzi).
Hadits di atas
menunjukkan beramal apapun di sepuluh hari pertama Dzulhijjah sangat
dianjurkan. Namun kebanyakan ulama menggunakan hadits di atas sebagai dalil
anjuran puasa sembilan hari pada awal Dzulhijjah. Hal ini terlihat dalam
pembuatan judul bab hadits tersebut. Ibnu Majah memberi judul bab hadis di atas
dengan “shiyamul ‘asyr (puasa sepuluh hari)”.
Dalam kajian
hadits, pemberian judul bab sekaligus menunjukan pemahaman seorang rawi
terhadap hadis yang diriwayatkan. Artinya, secara tidak langsung Ibnu Majah
selaku perawi menjadikan hadits itu sebagai dalil kesunahan puasa. Karenanya,
Ibnu Hajar dalam Fathul Bari mengatakan:
واستدل به على فضل صيام عشر ذي الحجة لاندراج الصوم في العمل
Artinya: Hadits
ini menjadi dalil keutamaan puasa sepuluh hari di bulan Dzulhijjah, karena
puasa termasuk amal saleh.
Meski dalam
hadits itu disebut puasa sepuluh hari, bukan berarti pada tanggal 10 Dzulhijjah
juga dianjurkan puasa. Justru puasa pada tanggal itu dilarang karena bertepatan
dengan Hari Raya Idul Adha.
Pengertian Hari
Tasyrik 11-13 Dzulhijjah dan Larangan Berpuasa
Terkait maksud
“ayyamul ‘asyr” ini, An-Nawawi sebagaimana dikutip Al-Mubarakfuri dalam
Tuhfatul Ahwadzi menjelaskan:
والمراد بالعشر ها هنا الأيام التسعة من أول ذي الحجة
Artinya: Yang
dimaksud sepuluh hari di sini ialah sembilan hari, terhitung dari tanggal satu
Dzulhijjah.
Keutamaan Puasa
Dzulhijjah
Berikut ini
keutamaan puasa Dzulhijjah
1.
Dilipatgandakan pahala
Pahala ibadah
pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah mendapatkan pelipatan pahala
dibanding ibadah di bulan lainnya. Rasulullah saw bersabda:
مَا مِنْ أَيَّامٍ أَحَبَّ إِلَى اللّٰهِ أَنْ يُتَعَبَّدَ لَهُ فِيْهَا مِنْ عَشْرِ ذِي الْحِجَّةِ يَعْدِلُ صِيَامُ كُلِّ يَوْمٍ مِنْهَا بِصِيَامِ سَنَةٍ وَقِيَامُ كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْهَا بِقِيَامِ لَيْلَةِ الْقَدْرِ
Artinya: Tidak
ada hari-hari yang lebih Allah sukai untuk beribadah selain sepuluh hari
pertama bulan Dzulhijjah, satu hari berpuasa di dalamnya setara dengan satu
tahun berpuasa, satu malam mendirikan shalat malam setara dengan shalat pada
malam Lailatul Qadar (HR At-Tarmidzi).
Maksud dari
sebanding dengan satu tahun puasa pada hadits di atas adalah satu tahun puasa
sunnah, bukan puasa Ramadhan.
2. Penghapusan
dosa
Berpuasa pada
tanggal 9 Dzulhijjah (hari Arafah) dapat menghapus dosa selama dua tahun.
Rasulullah saw bersabda:
صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُوْرَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِيْ قَبْلَهُ
Artinya: Puasa
Arafah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun
akan datang. Puasa Asyura (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang
lalu (HR Muslim).
Menurut mayoritas ulama, dosa-dosa yang dihapus sebab puasa Arafah adalah dosa kecil.
3. Hari
pembebasan dari siksa neraka
Termasuk
keutamaan hari Arafah adalah Allah lebih banyak membebaskan hamba-Nya dari api
neraka pada hari ini dibanding hari-hari lainnya. Rasulullah saw bersabda:
مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللَّهُ فِيهِ عَبْدًا مِنَ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ، وَإِنَّهُ لَيَدْنُو ثُمَّ يُبَاهِى بِهِمُ الْمَلاَئِكَةَ فَيَقُولُ: مَا أَرَادَ هَؤُلاَءِ؟
Artinya: Tidak
ada hari di mana Allah membebaskan hamba dari neraka lebih banyak daripada Hari
Arafah, dan sungguh Dia mendekat lalu membanggakan mereka di depan para
Malaikat dan berkata, “Apa yang mereka inginkan?" (HR Muslim).
Waktu Puasa
Sunnah Dzulhijjah
Waktu pelaksanaan
puasa sunnah Dzulhijjah adalah pada tanggal satu sampai sembilan Dzulhijjah.
Puasa tanggal 8 Dzulhijjah dinamakan puasa Tarwiyah dan puasa tanggal 9 disebut
puasa Arafah.
Lama waktunya
berpuasa sama seperti puasa pada umumnya, yaitu dari mulai terbit fajar sampai
terbenamnya matahari.
Bagi orang yang
memiliki utang puasa Ramadhan, diperbolehkan untuk mengqadhanya bersamaan puasa
sunnah Dzulhijjah. Bahkan, menurut Sayyid Bakri Syatha (w. 1892 M.) dengan
mengutip fatwa Al-Barizi menjelaskan, andaikan puasanya hanya niat qadha, maka
mendapat pahala keduanya.
Misalnya
bertepatan hari Arafah seseorang melakukan puasa qadha Ramadhan dengan niat
qadhanya saja, secara otomatis juga memperoleh kesunnahan puasa Arafah (Sayid
Bakri, Hâsyiyah I’ânah at-Thaâlibîn, juz 2, h. 224).
Niat Puasa Sunnah
Dzulhijjah
Seperti puasa
pada umumnya, waktu niat puasa Dzulhijjah adalah pada malam hari, yakni sejak
terbenamnya matahari sampai terbit fajar.
Berikut adalah
lafal niatnya:
1. Niat puasa
dari tanggal 1 sampai 7 Dzulhijjah
نَوَيْتُ صَوْمَ شَهْرِ ذِيْ الْحِجَّةِ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma
syahri dzil hijjah sunnatan lillâhi ta‘âlâ.
Artinya: Saya
niat puasa sunnah bulan Dzulhijjah karena Allah ta’âlâ.”
2. Niat pada pada
tanggal 8 Dzulhijjah (hari Tarwiyyah)
نَوَيْتُ صَوْمَ تَرْوِيَةَ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma
tarwiyata sunnatan lillâhi ta‘âlâ.
Artinya: Saya niat puasa sunnah Tarwiyah
karena Allah ta’âlâ.
3. Niat puasa
pada tanggal 9 Dzulhijjah (hari Arafah)
نَوَيْتُ صَوْمَ عَرَفَةَ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma
arafata sunnatan lillâhi ta’âlâ.
Artinya: Saya
niat puasa sunnah Arafah karena Allah ta’âlâ.
Hanya saja,
karena puasa Dziulhijjah merupakan puasa sunnah, maka bagi orang yang lupa niat
pada malam hari, boleh niat siang harinya, yakni dari pagi hari sampai sebelum
tergelincirnya matahari (waktu zuhur), selagi ia belum melakukan hal-hal yang
dapat membatalkan puasa.
Berikut lafal
niat ketika siang hari:
1. Niat puasa
dari tanggal 1 sampai 7 Dzulhijjah
نَوَيْتُ صَوْمَ هٰذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ شَهْرِ ذِيْ الْحِجَّةِ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma
hâdzal yaumi ‘an adâ’i syahri dzil hijjah sunnatan lillâhi ta’âlâ.
Artinya: Saya
niat puasa sunnah bulan Dzulhijjah hari ini karena Allah ta’âlâ.
2. Niat pada pada
tanggal 8 Dzulhijjah (hari Tarwiyyah)
نَوَيْتُ صَوْمَ هٰذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ تَرْوِيَةَ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma
hâdzal yaumi ‘an adâ’i tarwiyata sunnatan lillâhi ta’âlâ.
Artinya: Saya
niat puasa sunnah Tarwiyah hari ini karena Allah ta’âlâ.”
3. Niat puasa
pada tanggal 9 Dzulhijjah (hari Arafah)
نَوَيْتُ صَوْمَ هٰذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِعَرَفَةَ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma
hâdzal yaumi ‘an adâ’i arafata sunnatan lillâhi ta’âlâ.
Artinya: Saya
niat puasa sunnah Arafah hari ini karena Allah ta’âlâ.